Testnet Layer 2 Giwa dari Upbit Live, Bagaimana Potensinya?

Volubit.id — Upbit, bursa kripto terbesar di Korea Selatan, meluncurkan testnet blockchain Layer 2 (L2) baru bernama Giwa pada awal September 2025. Giwa dikembangkan oleh perusahaan induk Upbit, Dunamu, sebagai jaringan Layer 2 berbasis Ethereum. Peluncuran testnet ini juga diramaikan dengan spekulasi tentang airdrop jika blockchain tersebut mengeluarkan token native.

Proyek ini ditujukan untuk mengatasi biaya transaksi tinggi dan kecepatan lambat di Ethereum. Giwa dibangun dengan teknologi Optimistic Rollup dari OP Stack milik Optimism. Transaksi di Giwa diproses di luar jaringan utama, lalu diringkas (rollup) sebelum masuk ke Ethereum. Cara ini membuat transaksi lebih cepat, hanya satu detik per blok, dan biaya ditekan hingga di bawah satu sen. Giwa juga kompatibel penuh dengan Ethereum Virtual Machine (EVM).

Dunamu menyediakan Giwa Wallet yang saat ini dalam versi beta sebagai pintu masuk utama. Aplikasi ini memungkinkan pengguna menyimpan aset, mengirim transaksi, dan berinteraksi dengan aplikasi Web3. Integrasi wallet dengan jaringan ini penting karena Upbit sudah memiliki jutaan pengguna aktif. Mereka yang terbiasa bertransaksi di bursa bisa langsung mencoba layanan Web3 tanpa proses teknis yang rumit.

Testnet ini menandai tahap awal sebelum mainnet diluncurkan. Testnet dipakai untuk uji coba transaksi, migrasi aplikasi, dan mengukur minat pengguna. Biasanya, proyek blockchain menggunakan fase ini untuk menarik komunitas awal. Insentif seperti airdrop token uji coba sering menjadi daya tarik.

Potensi Giwa cukup besar di pasar domestik. Data terkini menunjukkan Upbit menguasai lebih dari 70% perdagangan kripto Korea Selatan. Dengan basis pengguna ritel yang luas, Giwa memiliki jalur cepat untuk memperkenalkan layanan Web3. Selama ini banyak investor ritel enggan masuk ke DeFi karena biaya tinggi dan sistem yang sulit dipahami. Giwa bisa menjadi pintu masuk yang lebih sederhana.

Secara global, Giwa masuk ke pasar yang sudah padat. L2 Ethereum saat ini dikuasai oleh Arbitrum, Optimism, Linea, dan Base milik Coinbase. Data dari L2Beat menunjukkan total value secured (TVS) di jaringan L2 mencapai lebih dari $40 miliar. Arbitrum menguasai porsi terbesar dengan sekitar $19,7 miliar, diikuti Base $15,4 miliar, Optimism $4 miliar, dan Linea $1,8 miliar.

Dunamu tampaknya ingin meniru langkah Coinbase dengan Base, namun dengan fokus pada Asia. Keunggulan Giwa ada pada integrasi langsung dengan Upbit. Jutaan pengguna ritel yang sudah terbiasa dengan aplikasi bursa bisa diarahkan ke layanan Web3 tanpa hambatan besar.

Jadwal mainnet Giwa diperkirakan meluncur pada akhir 2025 atau awal 2026. Hasil dari fase testnet akan menentukan kesiapan jaringan ini bersaing dengan pemain besar. Jika berhasil, Giwa berpotensi menjadi salah satu L2 penting dari Asia, menantang dominasi AS di sektor kripto yang terus tumbuh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *