Volubit.id — Perusahaan di balik stablecoin terbesar dunia USDT, Tether, kembali menegaskan tidak akan mengembangkan jaringan blockchain sendiri. Penegasan ini dikemukakan Bos Tether, Paolo Ardoino, menanggapi spekulasi yang dilemparkan oleh influencer Ansem.

Dalam komentar singkatnya di tweet Ansem pada 5 Februari 2025, dia mengatakan “tidak” terhadap spekulasi peluncuran blockchain Tether. Pernyataan ini sekaligus membantah spekulasi ihwal adanya potensi pengembangan jaringan eksklusif oleh perusahaan penerbit stablecoin tersebut.

no

— Paolo Ardoino 🤖🍐 (@paoloardoino) February 5, 2025

Bantahan ini bukan kali pertama yang dibuat Ardoino. Pada November 2024, ia pernah membantah spekulasi serupa yang kala itu beredar. Secara konsisten ia menolak gagasan untuk menciptakan ekosistem tertutup yang terpusat melalui blockchain sendiri.

Sebaliknya, perusahaan tersebut lebih fokus memperluas integrasi USDT ke berbagai jaringan blockchain yang sudah ada. Langkah ini bertujuan memastikan transaksi yang lebih luas dan mudah diakses pengguna.

Tether sejauh ini lebih memilih kerja sama dan diversifikasi jaringan dibandingkan dengan kontrol eksklusif. Pendekatan yang diambil Tether seajuh ini adalah untuk mendorong interoperabilitas antarplatform, bukan isolasi teknologi pada blockchain snediri.

Saat ini, USDT adalah stablecoin terbesar di dunia dengan kapitalisasi pasar lebih dari $140 miliar. Mata uang digital ini digunakan di lebih dari sepuluh jaringan blockchain seperti Ethereum, Tron, Solana, Ton, Aptos, Avalanche, Near, dan Algorand. Berdasarkan data DefiLlama, USDT menguasai lebih dari 60% pangsa pasar stablecoin dari total 210 stablecoin yang diakui secara global.

Secara bisnis, Tether juga mencatatkan pencapaian finansial luar biasa. Pada akhir Januari 2025, perusahaan mengumumkan keuntungan sebesar $13 miliar sepanjang tahun lalu. Capaian ini bahkan membuat Tether menjadi salah satu perusahaan paling menguntungkan di dunia.