Yuan Digital Disiapkan Hadang Dominasi Dolar AS lewat Jalur Stablecoin

Volubit.id — Di tengah memanasnya perlombaan global dalam regulasi dan penerbitan stablecoin, dua raksasa teknologi asal Tiongkok, JD.com dan Ant Group, dilaporkan tengah melobi bank sentral Tiongkok agar mengizinkan peluncuran stablecoin berbasis yuan di luar negeri.

Langkah ini menandai manuver baru Beijing untuk menyaingi dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam sistem pembayaran global tanpa harus mencabut larangan terhadap kripto di dalam negeri.

Kabar ini pertama kali diungkap Reuters baru-baru ini. Laporan tersebut menyebut bahwa kedua perusahaan telah mengajukan permohonan resmi kepada People’s Bank of China (PBOC) untuk menerbitkan stablecoin yuan di wilayah administratif Hong Kong.

PBOC memang masih melarang perdagangan dan penambangan kripto di daratan Tiongkok, namun Hong Kong bergerak lebih longgar dengan membuka diri terhadap aset digital melalui skema lisensi resmi untuk bursa dan penerbit stablecoin.

JD.com menyetir wacana stablecoin yuan ini lantaran keberadaannya dinilai amat penting sebagai bagian dari strategi untuk mendorong internasionalisasi mata uang Tiongkok.

Terlebih, sistem moneter Hong Kong saat ini masih bergantung pada dolar via pengikatan nilai tukar yang dianggap membatasi ruang gerak yuan di pasar internasional.

Stablecoin yuan berbasis blockchain disebut sebagai solusi untuk menembus dominasi dolar dalam transaksi lintas negara.

Tekanan dari sektor swasta ini datang di saat AS sedang memfinalisasi beleid stablecoin bernama GENIUS Act, yang telah lolos dari Senat dan kini tengah dibahas di legislatif. Presiden Donald Trump bahkan secara terbuka mendorong Kongres untuk segera mengesahkan regulasi tersebut, sebagai bagian dari upaya menata ulang dominasi keuangan digital global yang makin kompetitif.

Gubernur PBOC Pan Gongsheng dalam pernyataan resminya bulan lalu mengakui bahwa stablecoin dan central bank digital currency (CBDC) tengah membentuk ulang infrastruktur pembayaran dunia. Ia juga mengumumkan rencana pembentukan pusat operasi internasional untuk yuan digital di Shanghai, sebagai bagian dari agenda ekspansi global yuan.

Pan menyebut bahwa China tidak lagi membayangkan tatanan moneter dunia yang hanya bergantung pada satu atau dua mata uang dominan, melainkan sistem multipolar dengan peran yang lebih merata.

Hong Kong, sebagai wilayah dengan status keuangan internasional kini menjadi panggung penting dalam strategi ini. Otoritas moneter Hong Kong akan mulai menerapkan rezim lisensi stablecoin per 1 Agustus.

Regulasi itu mewajibkan setiap penerbit stablecoin untuk mendapatkan izin resmi. Dalam percontohan yang sudah berjalan sejak tahun lalu, sejumlah nama besar telah ambil bagian, termasuk Standard Chartered Bank dan JD Coinlink.

Sedangkan Ant Group yang juga merupakan anak perusahaan Alibaba, disebut-sebut akan mengajukan lisensi stablecoin di Hong Kong. Pendiri JD.com menyatakan perusahaannya berniat mengantongi lisensi stablecoin di seluruh yurisdiksi besar dunia. Tujuan akhirnya memperluas penggunaan yuan digital sebagai alternatif sah untuk transaksi lintas batas, sekaligus memotong ketergantungan global terhadap dolar AS.

Jika berhasil, langkah ini akan menjadi salah satu eksperimen terbesar di dunia tentang bagaimana negara bisa memanfaatkan infrastruktur blockchain untuk memperkuat posisi mata uangnya, tanpa harus membuka pintu selebar-lebarnya buat kripto itu sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *