Potensi Saham MicroStrategy Delisting MSCI, Waspada Kejatuhan Struktural Pasar Kripto

Volubit.id — Sorotan tajam mengarah ke JPMorgan dalam beberapa pekan terakhir, setelah bank raksasa itu dinilai menjadi pemantik kepanikan pasar terkait kemungkinan saham MSTR milik MicroStrategy (kini Strategy) didepak dari indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Sejak 21 November 2025, berbagai media mengutip analisis JPMorgan yang menempatkan MSTR sebagai perusahaan berisiko tinggi untuk tersingkir dari indeks utama karena struktur perusahaannya dinilai terlalu menyerupai dana investasi berbasis Bitcoin.

Pada titik ini, suasana pasar kripto berada dalam fase tegang — seperti menunggu letusan gunung berapi yang sudah mengeluarkan bau belerang. Para pelaku pasar mulai membayangkan skenario buruk: jika MSTR jatuh akibat delisting MSCI, maka kejatuhan itu bisa bersifat struktural, bukan sekadar penurunan harga biasa. Mengingat perusahaan ini memegang hampir 3% suplai Bitcoin global, tekanan pada saham MSTR berpotensi menular menjadi tekanan pada pasar BTC secara keseluruhan, mengubah guncangan saham menjadi gempa tektonik di ekosistem kripto.

Di kalangan pelaku pasar, analisis itu dianggap sebagai pemantik sentimen negatif yang mempercepat tekanan jual di tengah penurunan harga Bitcoin yang jatuh dari puncak $126.000 menuju kisaran $80.000-an.

Pandangan JPMorgan berangkat dari keputusan MSCI pada 11 Oktober 2025 yang membuka konsultasi publik mengenai aturan baru: apakah perusahaan dengan dominasi aset digital lebih dari setengah total neraca bisa tetap dikategorikan sebagai perusahaan operasional atau harus diperlakukan layaknya fund seperti ETF atau trust. MicroStrategy yang sejak 2020 mengubah dirinya menjadi kendaraan akumulasi Bitcoin, berada di garis tembak aturan ini.

Keputusan akhir dijadwalkan terbit pada 15 Januari 2026 dan akan efektif berlaku mulai Februari 2026. Di tengah revisi klasifikasi itu, tekanan makin berat karena turunnya harga Bitcoin mengecilkan premi saham MSTR terhadap kepemilikan BTC mereka, mematikan mesin penerbitan saham baru yang selama ini dipakai untuk membeli Bitcoin tambahan.

Perusahaan digital aset treasury (DAT) seperti MicroStrategy dinilai diuntungkan karena mereka masih dianggap sebagai perusahaan biasa. Dengan status itu, mereka otomatis masuk ke keranjang saham institusi besar, termasuk dana pensiun dan reksa dana indeks. Jika MSCI nanti mengubah definisinya dan menggolongkan perusahaan seperti MSTR sebagai fund, maka saham itu wajib disingkirkan dari indeks, yang akan memicu penjualan sistemik dari institusi yang mandat investasinya hanya pada perusahaan, bukan instrumen mirip dana.

Risiko itu tidak hanya menyasar MSTR, tapi juga perusahaan sejenis seperti Mara Holdings, Riot Platforms, Hut 8, hingga Metaplanet yang sama-sama memegang aset digital dalam porsi besar.

JPMorgan memperkirakan tekanan jual dari delisting MSCI bisa mencapai $2,8 miliar. Jika skenario serupa terjadi pada indeks lain seperti Nasdaq, Russell, atau S&P Global, angka totalnya bisa menembus $11 miliar. Bagi MicroStrategy, ini adalah ancaman struktural terbesar mulai menumpuk BTC pada 2020. Saat ini, perusahaan itu tercatat memiliki lebih dari 649.000 BTC atau sekitar 3% total suplai yang diperoleh dengan skema pembiayaan agresif, pinjaman, dan penerbitan saham.

Penurunan porsi premi saham terhadap nilai Bitcoin menghambat strategi flywheel yang selama ini menjadi ciri khas perusahaan tersebut. Dalam satu bulan terakhir saham MSTR anjlok hingga 40% dan tercatat sudah turun 68% dari titik tertingginya, sementara penurunan tambahan sekitar 15% pada Bitcoin berpotensi membuat seluruh posisi BTC perusahaan masuk wilayah rugi bersih.

Tuduhan FUD muncul karena JPMorgan diduga sengaja mengamplifikasi isu ini menggunakan dokumen MSCI yang sudah berumur 42 hari, yang sebelumnya diabaikan pasar selama enam minggu, tepat setelah beberapa hari merah di November 2025. JPMorgan sendiri dinilai sudah melancarkan serangan halus terhadap MSTR sebelumnya.

Pada 7 Juli, JP Morgan menaikkan margin trading untuk MSTR secara ekstrem, dari 50% menjadi 95%. Artinya, posisi long terhadap saham MSTR menjadi sangat mahal, dan pembeli dengan leverage dipaksa melikuidasi posisi mereka apabila harga sedikit saja turun.

Situasi kompleks yang dialami DAT juga mencuat pada September lalu, ketika Metaplanet mengumumkan rencana capital raise untuk membeli lebih banyak Bitcoin. Langkah ini dinilai memicu ketakutan MSCI seolah-olah model akumulasi Bitcoin ala MicroStrategy akan diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain secara sistemik, sehingga memperbesar tekanan untuk mengklasifikasikan perusahaan seperti ini sebagai fund, bukan company.

Puncaknya adalah pada 11 Oktober. MSCI merilis pengumuman mengenai perpanjangan konsultasi terkait klasifikasi perusahaan berbasis treasury aset digital. Yang menarik, rilis itu diumumkan hanya 16 menit sebelum pengumuman tarif dari Donald Trump yang memicu kepanikan makro pasar. Keselarasan waktu launching terbitan itu begitu presisi sehingga tampak bukan sebagai kebetulan belaka, namun sudah direncanakan sebelumnya sehingga aksi likuidasi terhadap BTC akan terselubung.

Bos MicroStrategy, Michael Saylor sendiri akhirnya memberi tanggapan. Ia menegaskan bahwa bukan sebuah fund, melainkan perusahaan operasional dengan pendapatan perangkat lunak dan produk kredit berbasis BTC. Ia menyatakan bahwa klasifikasi MSCI tidak menentukan identitas perusahaan tersebut, dan misi mereka tetap jangka panjang serta berfokus pada keyakinan terhadap Bitcoin.

Diluar itu, ditemukan fakta menarik tentang struktur kepemilikan antara pihak yang berwenang menentukan delisting MSCI dan pemilik saham MSTR ternyata saling beririsan. Empat pemegang saham institusional terbesar MSCI yakni Vanguard, BlackRock, State Street, dan Morgan Stanley ternyata juga merupakan empat pemegang saham terbesar di MicroStrategy. Secara sederhana, kondisi ini menunjukkan adanya kesamaan kepentingan kapital di kedua entitas. Dengan logika bisnis, keputusan delisting yang berpotensi merugikan MSTR pada akhirnya juga akan menekan portofolio kepemilikan grup investor tersebut sendiri.

Tapi, situasinya tidak sesederhana itu. Data pergerakan kepemilikan institusional menunjukkan bahwa selama kuartal ketiga 2025, telah terjadi aksi jual MSTR dalam skala besar. Total aksi jual dari berbagai institusi sepanjang kuartal tersebut tercatat mencapai sekitar $5,38 miliar. Dua nama besar yang sebelumnya diketahui sebagai pemegang saham yakni BlackRock dan Vanguard, ternyata juga termasuk di dalam daftar penjual tersebut. Artinya, sebagian investor besar sudah mengurangi eksposur mereka terhadap MSTR jauh sebelum isu delisting MSCI mencapai titik intensitasnya dan jauh sebelum komunitas publik menyadari potensi risiko dari perubahan klasifikasi entitas “perusahaan vs fund”. JPMorgan juga diketahui melepas saham MicroStrategy senilai sekitar $646 juta sepanjang kuartal ketiga.

Pemerhati ekonomi kripto, Shanaka Anslem Perera, menilai situasi Strategy saat ini berada di ambang krisis. Bahkan disebut berpotensi terjungkal dalam 90 hari kedepan.

Kondisi keuangan perusahaan juga dinilai tidak stabil. Secara kas, perusahaan hanya punya $54 juta, sementara kewajiban pembayaran preferred dividend disebut mencapai $700 juta per tahun. Karena bisnis software mereka rugi, perusahaan dituduh bergantung pada strategi “gali lubang tutup lubang” alias ponzi: meminjam untuk membayar bunga dari utang sebelumnya. Premium saham mereka yang dulu berada di atas nilai Bitcoin yang dipegang pun anjlok, sehingga putaran akumulasi lewat penerbitan saham tak lagi memberikan keuntungan bersih bagi pemegang lama.

Jika tekanan kas dan pembiayaan terus menumpuk sementara harga saham tak pulih, konsekuensi paling realistis adalah perlambatan ekstrem dalam akumulasi, atau bahkan likuidasi paksa aset Bitcoin mereka.

Tapi klaim soal dividen $700 juta tersebut dianggap menyesatkan karena menyatukan berbagai kewajiban finansial dan memposisikannya seolah-olah semuanya harus dibayar tunai setiap tahun. Dugaan adanya forced selling dari MSCI pun dibilang spekulatif karena belum tentu delisting, bukan keputusan yang pasti akan terjadi. Kendati demikian, risiko Strategy sebagai DAT tetaplah nyata lantaran model mereka sangat bergantung pada kondisi pasar modal dan selisih harga saham terhadap nilai Bitcoin yang dipegang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *