Volubit.id — JPMorgan Chase, bank raksasa dengan aset sekitar $4 triliun, kembali menggeser batas hubungan Wall Street dengan dunia kripto. Kali ini lewat proposal produk investasi terstruktur baru yang terhubung langsung dengan Bitcoin melalui iShares Bitcoin Trust milik BlackRock. Produk ini dirancang memberi investor imbal hasil yang bisa mencapai 1,5 kali kenaikan Bitcoin, dengan peluang keuntungan terbuka lebar jika harga kripto terbesar itu melesat hingga 2028. Instrumen ini bekerja dengan mekanisme bertingkat: bila harga ETF Bitcoin mencapai level target pada 21 Desember 2026, JPMorgan otomatis menebus notes dengan imbal hasil minimum 16%. Jika target tak tercapai, notes tetap berjalan hingga 2028, menawarkan eksposur leverage 1,5 kali.
Structured notes seperti ini adalah hibrida antara obligasi dan derivatif, tempat investor membeli janji yang dihitung dengan formula mengikuti performa aset acuan. Dalam produk JPMorgan, posisi Bitcoin digantikan oleh ETF, sehingga bank tidak perlu memegang Bitcoin itu sendiri. Mekanisme ini memungkinkan lembaga keuangan konservatif memasukkan volatilitas kripto ke portofolio klien institusional, sembari tetap mematuhi aturan kepemilikan aset dan manajemen risiko internal. Produk ini juga bermain di atas narasi siklus empat tahunan Bitcoin: fase turun setelah halving, diikuti reli yang dalam banyak siklus sebelumnya menjadi bagian dari struktur pasar.
JPMorgan disebut akan menetapkan harga awal untuk ETF IBIT bulan depan. Setahun kemudian pada 21 Desember 2026, jika harga IBIT berada di level sama atau lebih tinggi, produk otomatis ditutup dan investor menerima imbal hasil tetap 16%. Jika harga lebih rendah, investor harus menunggu hingga 20 Desember 2028. Di titik itu, jika IBIT melampaui harga target baru, keuntungan yang diberikan mencapai 1,5 kali kenaikan aset tanpa batas atas. Ada pula bantalan: jika IBIT turun tetapi tidak lebih dari 30%, modal investor tetap kembali utuh. Namun bila penurunan melewati 30%, investor menanggung kerugian penuh. Produk ini menawarkan peluang imbal hasil tinggi dengan sedikit perlindungan, meski tetap tidak lepas dari risiko pasar.
JPMorgan’s new IBIT structured note offering 1.5x upside with downside protection is making headlines, but by my count the bank has already issued several similar IBIT-linked notes.
We’re still in the very early stages of the Bitcoin–linked structured note market. pic.twitter.com/kjcajV09Ua
— Sam Callahan (@samcallah) November 26, 2025
Secara praktis, daya tarik utama produk ini ketimbang IBIT terletak pada tiga hal: peluang mendapatkan keuntungan 1,5 kali lipat jika Bitcoin benar-benar naik tinggi pada 2028, imbal hasil tetap 16% jika pasar stagnan dalam satu tahun, dan perlindungan kerugian hingga 30% dalam jangka panjang. Di luar tiga keunggulan itu, investor tetap harus siap menghadapi dinamika pasar yang sulit ditebak. Produk ini pada dasarnya memberi jalan tengah bagi mereka yang ingin menikmati naik turunnya Bitcoin, tetapi dengan bantalan yang lebih rapi dibanding terjun langsung ke pasar spot.
JPMorgan sendiri akan mendapat keuntungan dari structured notes terutama lewat fee, spread, dan biaya pembuatan produk. Dalam proses ini, mereka bukan sedang berjudi melawan pasar, tetapi menyediakan produk yang dirancang khusus untuk investor dan mengambil bayaran dari layanan itu. Setelah note dijual, JPMorgan langsung melakukan hedging supaya pergerakan harga Bitcoin tidak membuat mereka rugi.
Hanya saja, cara kerja hedging tidak sesederhana memakai seluruh uang investor untuk membeli futures atau options. Payoff note biasanya dibuat dari campuran beberapa jenis opsi, sehingga posisi hedging bank bisa berbeda dari bentuk keuntungan yang diterima investor. Jika Bitcoin naik, hasil hedging dipakai untuk membayar investor; jika turun, kerugiannya tidak selalu sebanding dengan penurunan yang dialami investor. Bank tetap menanggung risiko sisa seperti perubahan volatilitas atau biaya hedging yang naik. Karena itu fitur early-call penting untuk membatasi kewajiban mereka jika harga Bitcoin melonjak terlalu cepat. Pada akhirnya, keuntungan utama JPMorgan sudah diamankan dari fee di awal, sedangkan risiko pasar dijaga lewat hedging.
Penulis buku The Bitcoin Age dan The Great Harvest, Adam Livingston, menilai produk structured note baru dari JPMorgan ini sebenarnya memberi dorongan kuat bagi bank untuk berharap harga Bitcoin naik menjelang 21 Desember 2026. Alasannya sederhana. Note ini punya fitur auto-call: kalau pada tanggal itu harga Bitcoin berada di atas level tertentu, JPM bisa langsung menutup produk ini. Risikonya hilang, buku mereka bersih, dan mereka tidak lagi menanggung kewajiban apa pun.
Persoalan baru akan muncul kalau Bitcoin justru berada di bawah level itu. Note akan terus berjalan sampai 2028, dan dalam periode tambahan itu investor mendapat keuntungan 1.5 kali lipat setiap kali harga Bitcoin naik. Buat JPM, ini berarti biaya besar karena mereka harus menanggung potensi lonjakan harga yang diperkuat leverage. Intinya, JPM jelas lebih suka Bitcoin naik cukup tinggi di 2026 agar risiko mereka selesai lebih cepat.
Start preparing mentally for “unexplainable” Bitcoin price action leading into December 21, 2026. Incentives are always in the fine print, and in this case it comes from the auto-call feature that shuts off the tail risk for JPM. pic.twitter.com/dxx37RLfRk
— Ben Werkman (@BenWerkman) November 26, 2025
Bagi pasar kripto, langkah ini terasa seperti pengakuan diam-diam bahwa Bitcoin telah resmi masuk wilayah produk finansial berlapis yang sebelumnya hanya dihuni komoditas, indeks, atau instrumen pendapatan tetap. Tokoh pro Bitcoin Anthony Scaramucci menyebut bahwa banyak orang belum menangkap betapa pentingnya momen ketika JPMorgan menyediakan instrumen yang diasosiasikan langsung dengan Bitcoin. Bagi investor institusional yang selama ini enggan memegang Bitcoin karena hambatan custody atau ketidakpastian regulasi, produk ini membuka pintu baru.
Transformasi sikap JPMorgan terhadap Bitcoin terasa kontras jika mengingat rekam jejak retorika bosnya, Jamie Dimon. Pada 2017, ia menyebut Bitcoin sebagai penipuan, ancaman bagi karyawan yang memperdagangkannya, dan instrumen kriminal. Dalam berbagai kesempatan lain, ia menegaskan Bitcoin tidak memiliki nilai intrinsik dan menyamakannya dengan pet rock. Bahkan pada awal 2024, Dimon kembali menegaskan skeptisismenya dengan menyebut Bitcoin sebagai Ponzi publik yang terdesentralisasi.
Tapi di balik panggung, realitas kompetisi perbankan dan permintaan klien memaksa pragmatisme mengalir. Pada Mei 2025, Dimon menyatakan bahwa JPMorgan kini mengizinkan klien membeli Bitcoin meski bank tidak akan menyimpannya. Ia mengibaratkan posisinya seperti orang yang tidak suka rokok tetapi tetap membela hak orang lain untuk merokok.
Kabar penerbitan produk terkait BTC dari JPMorgan ini muncul di tengah pusara kontroversi yang membeli bank tersebut. Belum lama ini, JPMorgan mendapat kritikan pedas dari komunitas Bitcoin lantaran memperingatkan saham MicroStrategy (MSTR), perusahaan yang menjadikan Bitcoin sebagai inti neracanya, berpotensi dikeluarkan dari indeks MSCI.
Saat ini, MSCI sedang meninjau kelayakan perusahaan yang memiliki lebih dari separuh asetnya dalam bentuk aset digital untuk masuk indeks ekuitas tradisional. Jika MicroStrategy dikeluarkan, potensi arus keluar diperkirakan sekitar $2,8 miliar, dan bisa membengkak hingga $8,8 miliar jika penyedia indeks lain mengambil langkah serupa. Komunitas Bitcoin langsung bereaksi keras. Mereka menilai JPMorgan sedang memainkan dua wajah: menyerang perusahaan yang memegang Bitcoin secara terbuka, namun pada saat yang sama menyiapkan layanan dan produk yang dibangun dari aset yang sama.


