Volubit.id — Di antara sekian banyak istilah teknis yang bertebaran di dunia trading kripto, open interest adalah salah satu yang paling sering disebut, tapi justru paling jarang benar-benar dipahami. Ia muncul di grafik, muncul di komentar analis, muncul pula di laporan pasar yang dibagikan di Telegram; namun banyak pemula menganggapnya sekadar angka tambahan yang tak terlalu penting. Padahal, open interest bisa menjadi kacamata lain yang membantu melihat dinamika pasar secara lebih jernih, terutama ketika harga sedang bergerak liar dan arah tren terasa kabur.
Belakangan, istilah ini makin sering dibahas karena pasar derivatif kripto terus tumbuh. Volume kontrak futures melonjak, funding rate berubah cepat, dan posisi long–short saling dorong hampir sepanjang hari. Dalam kondisi seperti ini, open interest tidak hanya menjadi angka statistik, tetapi sebuah indikator yang menggambarkan “napas” pasar: seberapa banyak posisi yang sedang terbuka, siapa yang agresif, dan sejauh mana sentimen kolektif para trader mengarah pada satu sisi tertentu. Untuk memahami apa yang sedang terjadi di balik layar pergerakan harga, open interest adalah pintu masuk yang cukup penting.
Apa itu Open Interest?
Secara sederhana, open interest adalah jumlah total posisi kontrak derivatif terutama futures atau perpetual yang sedang aktif dan belum ditutup. Setiap kali ada trader membuka posisi baru, open interest bertambah. Sebaliknya, ketika posisi ditutup, dilikuidasi, atau saling mengimbangi, open interest berkurang. Angka ini tidak menunjukkan apakah orang lebih banyak membeli atau menjual, melainkan seberapa banyak kontrak yang “hidup” di pasar pada satu waktu.
Open interest juga menjadi cermin intensitas aktivitas para trader. Jika harga sedang naik dan open interest ikut meningkat, itu artinya banyak posisi baru yang masuk dan pasar sedang bergairah. Tapi jika harga naik justru diiringi penurunan open interest, bisa jadi kenaikan itu bukan hasil dari dorongan posisi baru, melainkan karena para trader menutup posisi short mereka sehingga memicu pergerakan sementara.
Dalam konteks kripto, open interest menjadi sangat penting karena sebagian besar pergerakan harga jangka pendek dipengaruhi oleh pasar derivatif. Kripto bukan hanya persoalan beli-tahan seperti di pasar saham; ia adalah arena strategi panjang, pendek, leverage, dan otomatisasi. Dengan demikian, memahami open interest bukan sekadar mampu membaca angka, tetapi memahami bagaimana para trader lain menempatkan taruhannya.
Cara Lihat dan Baca Open Interest
Cara mengecek OI pasardrivatif cukup mudah. Salah satu sumber yang sering dipakai adalah Coinglass, firma analitik yang menampilkan indikator OI secara real time. Di sana ada indeks OI Change yang menunjukkan persentase perubahan open interest dalam 24 jam. Cara membacanya, jika angkanya berada di minus 0,63% seperti saat ini, itu berarti total posisi terbuka sedikit berkurang dibanding sehari sebelumnya. Pasar sedang mengendur. Bisa jadi banyak trader yang menutup posisi menjelang volatilitas, atau likuiditas sedang menyusut karena tidak ada minat baru yang masuk. Angka ini membantu membaca apakah pasar sedang memanas atau justru mereda.
Indikator lain yang tak kalah penting adalah OI/24 Hours. Dalam data Coinglass misalnya, angka 0,6936 menandakan bahwa jumlah posisi terbuka cukup besar dibanding volume perdagangan harian. Maksudnya, posisi yang “menggantung” di pasar lebih padat daripada aktivitas jual beli yang sebenarnya terjadi dalam 24 jam terakhir. Konsekuensinya, sedikit guncangan harga bisa memicu reaksi berantai karena banyak posisi yang rawan terseret likuidasi. Semakin dekat angka ini ke 1, semakin tegang kondisi pasar, karena OI nyaris menyamai volume perdagangan harian.
Dalam situasi angka 0,6936, pasar berada di posisi menengah. Tidak terlalu sesak, tetapi cukup padat sehingga pergerakan harga bisa lebih sensitif daripada biasanya. Trader bisa memanfaatkan rasio ini untuk membaca apakah pasar sedang longgar dan cair atau justru sedang sarat posisi dan mudah meledak.
Jika OI/24 Hours mendekati, artinya jumlah posisi yang terbuka hampir sebesar jumlah transaksi nyata yang terjadi hari itu. Ketika posisi terbuka terlalu besar dibanding volume, pasar menjadi rawan terseret oleh likuidasi: pergerakan harga kecil saja bisa menekan banyak posisi, menciptakan volatilitas berantai.
Bagaimana Cara Kerjanya?
Open interest bekerja mengikuti logika paling dasar dari sebuah kontrak derivatif: setiap kontrak membutuhkan dua pihak: satu long dan satu short. Ketika keduanya membuka posisi baru, open interest bertambah satu unit. Jika keduanya menutup posisi, open interest berkurang satu. Namun di pasar kripto yang serba cepat, perubahan itu tidak hanya terjadi karena keputusan manual para trader, tetapi juga karena likuidasi otomatis, pengurangan leverage, atau perpindahan posisi antar bursa.
Contoh paling sederhana misalnya dalam satu hari ada 100 trader yang membuka posisi long Bitcoin senilai total $50 juta dolar, sementara 80 trader lain membuka posisi short dengan nilai total $40 juta. Maka open interest-nya mencerminkan $90 juta posisi yang masih “menggantung” dan belum ditutup. Jika salah satu dari mereka menutup posisi, kontraknya tidak lagi aktif dan open interest turun. Namun jika mereka justru membuka posisi tambahan termasuk meningkatkan ukuran atau membuka kontrak baru, angka open interest terus mendaki.
Kenapa Penting untuk Trader
Di pasar global, open interest ini menjadi indikator sentimen yang cukup kuat. Misalnya ketika harga melaju naik tetapi open interest meroket jauh lebih cepat. Situasi ini kerap dibaca sebagai tanda pasar dipenuhi posisi long yang agresif, dan jika terjadi pembalikan kecil saja, bisa memicu likuidasi berantai. Di sisi lain, jika harga turun tapi open interest tumbuh, itu biasanya menandakan banyak pemain baru mengambil short, membuat pasar rentan terhadap short squeeze jika terjadi lonjakan mendadak.
Yang menarik dari open interest adalah sifatnya yang tidak pernah berdiri sendiri. Angka ini hanya punya makna ketika dipadukan dengan pergerakan harga, funding rate, dan volume. Kondisi harga stagnan tetapi open interest naik pelan-pelan, misalnya, sering dibaca sebagai ketegangan pasar karena banyak posisi mengendap menunggu momentum. Ketika akhirnya terjadi pergerakan kuat baik ke atas atau ke bawah, reaksi pasar biasanya akan dramatis.
Ketika OI naik bersamaan dengan kenaikan harga, pasar biasanya sedang masuk fase euforia. Banyak posisi baru terbuka, trader percaya diri, dan leverage mulai menumpuk. Jika volume ikut naik, reli ini cenderung sehat karena minat beli didukung transaksi nyata. Namun jika volumenya tipis, kenaikan harga bisa menjadi ilusi yang rapuh, seperti bangunan dibangun di atas pasir. Tekanan kecil bisa memicu longsoran likuidasi.
Sebaliknya, jika OI naik sementara harga turun, artinya banyak trader justru membuka posisi short. Di sinilah funding rate membantu membaca mood pasar. Jika funding rate negatif, berarti pasar didominasi posisi short. Jika funding rate justru positif saat harga turun, maka penurunan tersebut lebih mungkin dipicu oleh gelombang likuidasi long daripada keyakinan bearish yang kuat.
Volume juga menjadi kunci penting. Pasar dengan OI besar tetapi volume rendah ibarat kapal besar yang tersangkut di perairan dangkal. Pergerakan kecil bisa membuatnya terombang-ambing liar. Volume menunjukkan seberapa siap pasar menyerap tekanan dari posisi buka-tutup yang terjadi. Tanpa volume yang memadai, guncangan kecil bisa menjadi badai.
Jika indeks OI/24 Hours mendekati atau melampaui angka 1, artinya jumlah posisi terbuka hampir atau bahkan lebih besar daripada volume perdagangan harian. Kondisi ini membuat pasar futures sangat rapuh karena tekanan kecil bisa memicu likuidasi berantai. Harga menjadi mudah terseret, naik atau turun secara liar. Dalam situasi seperti ini, membuka posisi futures biasanya tidak disarankan karena risikonya melonjak.
Kenapa kondisi semacam itu menjadi sinyal potensi volatilitas? Karena pasar dengan open interest yang besar tetapi volume perdagangan yang kecil ibarat rak buku yang dipenuhi barang berat namun ditopang kaki yang rapuh: tekanan kecil saja bisa membuat semuanya goyah.
Pasar dengan open interest besar dan volume tipis memang menjadi lahan yang lebih mudah “digoyang” pelaku berkantong tebal. Kondisi semacam ini membuka peluang bagi mereka yang ingin memanfaatkan kerentanan pasar. Dengan order book yang dangkal, mereka cukup mendorong harga sedikit saja lewat jual atau beli besar untuk memicu likuidasi berantai dari posisi leverage yang menggantung.
Ketika likuidasi mulai bergulir, harga bergerak semakin tajam tanpa perlu tenaga tambahan. Jika bandar tersebut sudah menyiapkan posisi long atau short sebelumnya, lonjakan harga yang mereka picu bisa melipatgandakan keuntungan. Karena itulah, rasio OI yang terlalu tinggi dibanding volume sering dilihat sebagai sinyal pasar rapuh. Ia bukan hanya rawan volatilitas alami, tetapi juga rawan dimanfaatkan pihak besar yang ingin mengatur arus harga.
Exchange juga bisa melakuan skema seperti ini. Mereka menggerakkan harga di spot atau futures di bursa mereka sendiri, lalu mengambil posisi berlawanan di bursa lain yang lebih besar dan lebih likuid. Selain dari cara tersebut, exchange juga bisa mendapat cuan tambahan dari fee. Setiap likuidasi menghasilkan fee, dan lonjakan volatilitas membuat volume perdagangan naik, yang berarti lebih banyak fee lagi. Dalam kondisi pasar yang rapuh, menggoyang harga bisa menjadi permainan yang sangat menguntungkan.


