Apa Itu Neobank dalam Kripto, Cara Kerja dan Contoh Proyeknya

Volubit.id — Perbankan digital kini tidak lagi sekadar urusan menabung atau transfer lewat aplikasi. Dalam dunia yang serba cepat, inovasi finansial terus berlari jauh ke depan. Di tengah perubahan itu, muncullah neobank, sebuah bentuk baru dari layanan keuangan yang sepenuhnya berbasis digital.

Tapi di dunia kripto, konsep neobank ini berkembang ke arah yang lebih menarik. Tidak hanya menawarkan layanan seperti bank tanpa kantor fisik, tetapi juga menggabungkan teknologi blockchain, stablecoin, dan bahkan aset digital dalam satu ekosistem yang lebih terbuka dan global. Singkatnya, neobank dalam kripto adalah evolusi berikutnya dari sistem keuangan yang sedang menantang definisi “bank” itu sendiri.

Apa Itu Neobank dalam Kripto?

Secara sederhana, neobank adalah bank digital tanpa cabang fisik. Ia beroperasi sepenuhnya melalui aplikasi atau platform daring, menggantikan proses manual perbankan konvensional dengan sistem otomatis, efisien, dan ramah pengguna. Konsep neobank pertama kali muncul pada awal 2010-an sebagai respons terhadap krisis keuangan 2008, di mana startup fintech mulai menantang bank tradisional dengan layanan digital only tanpa cabang fisik.

Waktu itu, layanan perbankan online sebenarnya sudah ada, tapi masih setengah digital lantaran tetap bergantung pada kantor cabang dan sistem manual di belakang layar. Neobank datang dengan konsep baru: digital natve. Mereka tak perlu cabang fisik sama sekali, hanya server, aplikasi, dan tim teknologi yang terus mengembangkan fitur sesuai kebutuhan pengguna muda yang tumbuh bersama ponsel pintar.

Istilah “neobank” mulai populer sekitar 2016-2017, dengan laporan seperti dari BBVA Research yang membahasnya dalam konteks ekonomi digital. Di Eropa, neobank seperti N26 (didirikan 2013) dan Revolut (2015) menjadi pionir, menargetkan milenial dengan biaya rendah dan akses mobile.

Dalam waktu singkat, model ini meledak. Di Inggris, Revolut tumbuh dari startup kecil menjadi unicorn dalam tiga tahun. Di Amerika Serikat, muncul Chime, Varo, dan SoFi yang mengincar kalangan pekerja muda dan freelancer digital. Mereka menawarkan sesuatu yang sederhana tapi kuat: kemudahan dan kecepatan. Tak ada biaya administrasi, tak ada syarat saldo minimum, dan semua transaksi bisa dilacak real-time.

Konsep neobank kripto mengambil ide dasar dari neobank tradisional, tapi mengganti fondasinya dengan teknologi blockchain. Mereka tetap menawarkan kemudahan transaksi, tabungan, dan digital payment, tetapi tanpa bergantung sepenuhnya pada sistem perbankan konvensional. Alih-alih rekening di bank sentral, pengguna memiliki wallet digital; alih-alih bunga dari deposito, kamu mendapat yield dari protokol DeFi.

Pengguna bisa menyimpan gaji dalam dolar digital, mendapatkan bunga dari aset kripto, membayar tagihan, atau bahkan berinvestasi langsung di protokol DeFi, semuanya dari satu aplikasi.

Kehadiran neobank dalam kripto membawa konsep ini ke tingkat yang lebih dalam. Ia tidak hanya mengelola uang fiat seperti rupiah atau dolar, tapi juga mengintegrasikan aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, atau stablecoin seperti USDT, USDC, USDe, dll. Dengan dukungan teknologi blockchain, neobank kripto menawarkan sistem keuangan yang jauh lebih terbuka, tanpa batas negara, dan tidak bergantung pada perantara tradisional.

Selain yang crypto native, beberapa neobank tradisional dan digital banking yang mulai merambah layanan kripto guna memenuhi permintaan pengguna yang ingin transaksi aset digital lebih mudah dan terintegrasi.

N26 misalnya, menjadi salah satu neobank yang cukup agresif memasukkan produk kripto ke dalam aplikasinya. Sejak Oktober 2022, N26 memungkinkan pelanggan tertentu di Austria dan beberapa negara Eropa lainnya untuk membeli dan menjual kripto langsung dari aplikasi mereka. Dengan penambahan kripto, N26 menawarkan pilihan yang lebih luas bukan hanya rekening digital biasa tetapi juga investasi kripto.

Revolut sebagai salah satu neobank paling dikenal di Eropa juga telah memasukkan fitur kripto dalam ekosistemnya. Misalnya, di Inggris dan European Economic Area (EEA), pengguna dapat membeli serta menyimpan sejumlah aset kripto lewat aplikasi.

Langkah ini menunjukkan bagaimana neobank tradisional kini melihat kripto bukan hanya sebagai “tambahan” produk, tetapi sebagai bagian dari kompetensi layanan keuangan digital yang harus mereka tawarkan.

Bagaimana Cara Kerjanya?

Secara teknis, neobank dalam kripto menjadi jembatan yang memungkinkan pengguna berpindah dengan mudah dari rekening fiat ke aset digital tanpa harus melewati proses rumit.

Langkah pertama biasanya dimulai dari pembuatan akun digital yang langsung terhubung ke wallet kripto. Neobank kripto umumnya menyediakan custodial wallet bagi pengguna baru. Artinya aset disimpan aman oleh pihak platform, seperti halnya saldo di rekening bank digital biasa. Namun bagi pengguna berpengalaman, tersedia opsi non-custodial wallet agar kendali penuh tetap di tangan pemilik aset.

Setelah itu, pengguna bisa melakukan berbagai aktivitas finansial: menyimpan stablecoin seperti USDC atau USDT, membeli Bitcoin dan Ethereum, mengirim uang ke luar negeri dengan biaya rendah, hingga mendapatkan bunga dari staking atau yield farming. Semua transaksi ini dicatat di blockchain, bukan di buku besar bank.

Banyak neobank kripto kini menambahkan fitur integrasi DeFi. Saldo stablecoin atau aset lain di akun pengguna bisa secara otomatis dialirkan ke platfofm lending seperti Aave atau Compound untuk menghasilkan bunga. Di sisi lain, pengguna juga bisa mengajukan pinjaman dengan menjaminkan aset digital.

Selain itu, neobank kripto juga berperan sebagai payment gateway modern yang memungkinkan pengguna menerima gaji dalam stablecoin, lalu langsung mengonversinya ke fiat untuk kebutuhan sehari-hari. Transaksi lintas negara pun bisa dilakukan dalam hitungan detik tanpa biaya tinggi, karena semua prosesnya berjalan di jaringan blockchain seperti Ethereum atau Polygon.

Contoh Proyek Neobank Kripto

Seiring dengan menghangatnya narasi neobank di jagat kripto belakangan ini, banyak proyek mulai mengumumkan dirinya sebagai neobank. Mereka tidak lagi sekadar berperan sebagai blockchain, wallet kripto, atau platform DeFi semata, namun juga menghadirkan pengalaman layaknya bank modern, lengkap dengan kartu debit, rekening tabungan, hingga yield dari aset digital.

1. Plasma One

Plasma adalah sebuah blockchain Layer-1 yang dirancang khusus untuk stablecoin dan pembayaran digital. Perusahaan ini mengumumkan peluncuran neobank bernama Plasma One pada periode September 2025, yang diklaim sebagai “neobank native stablecoin” pertama di dunia.

Dalam praktiknya, Plasma One menawarkan akun yang berbasis stablecoin USDT, kartu debit/virtual yang dapat dihubungkan ke saldo stablecoin, fitur pengiriman uang bebas biaya dalam jaringan, serta yield yang relatif tinggi (misalnya disebut “10%+ yield” bagi pengguna) dan cash-back hingga 4%.

2. EtherFi

EtherFi awalnya dikenal sebagai platform liquid staking dan restaking di jaringan Ethereum. Pada tahun 2025, proyek ini secara resmi melakukan pivot menjadi neobank kripto dengan menawarkan produk seperti kartu cash kripto, aplikasi pengelolaan simpanan dan tabungan, serta integrasi aset kripto menjadi alat pembayaran.

Sebagai contoh, EtherFi memperkenalkan produk Cash Card di AS yang memungkinkan pengguna membelanjakan aset kripto/stablecoin sambil tetap memperoleh yield dari staking. Model bisnisnya menggabungkan aspek DeFi dengan aspek perbankan digital.

3. Gnosis Pay

Gnosis Pay adalah bagian dari ekosistem Gnosis yang lebih luas, yang berfokus pada aplikasi DeFi dan infrastruktur pembayaran blockchain. Gnosis Pay menawarkan kartu debit berbasis crypto dan stablecoin, yang bisa digunakan di banyak merchant internasional.

Berbasis Gnosis Chain, Gnosis Pay menghubungkan wallet dengan sistem bank tradisional, mendukung pembayaran langsung dengan EUR, GBP, stablecoin seperti EURe, GBPe, USDC di 80 juta merchant di 100 negara, termasuk Apple Pay/Google Pay.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *