Glassnode: Bitcoin Masih di Zona Risiko, Peluang Rebound Terbuka Jika Likuiditas Pulih

Volubit.id — Sejak awal Oktober, harga Bitcoin terus bergerak di bawah cost basis pemegang jangka pendek atau short-term holder (STH), yang saat ini berada di kisaran $104.600. Kondisi ini menunjukkan melemahnya likuiditas dan lemahnya permintaan pasar.

Saat ini, harga Bitcoin kembali menguji area penting yang biasanya ditentukan oleh dua indikator on-chain, yakni Active Realized Cap Price atau gambaran tentang cost basis dari koin-koin yang masih aktif diperdagangkan, dan True Market Mean atau indikator yang menunjukkan harga rata-rata koin yang dibeli di pasar sekunder.

Dalam beberapa minggu terakhir, pergerakan Bitcoin cenderung ‘terjepit’ di dalam rentang $81.000 hingga $89.000. Platform analitik on-chain Glassnode dalam laporan terbarunya mengungkapkan, pola ini sangat mirip dengan situasi pada kuartal pertama 2022 setelah harga mencapai all-time high (ATH).

Saat itu, pasar mulai melemah akibat permintaan yang menyusut dan arus masuk modal yang terbatas. Situasi saat ini juga menunjukkan pola yang serupa, yakni permintaan cenderung menurun, likuiditas melemah, pasar perlahan terdorong ke level yang lebih rendah.

Dengan kata lain, Bitcoin sedang berada dalam fase rawan karena kurangnya minat beli membuat harga lebih mudah tertekan.

Kerugian Mulai Menumpuk

Membandingkan siklus harga saat ini dengan periode kuartal pertama 2022, ada satu indikator yang benar-benar mencolok, yakni Entity-Adjusted Realized Loss (30D-SMA). Angka ini menunjukkan total kerugian yang benar-benar terkunci oleh investor saat mereka menjual koin di bawah harga beli.

Saat ini, indikator tersebut melonjak hingga $403,4 juta per hari. Besaran ini bahkan lebih tinggi dibandingkan gelombang kerugian yang muncul pada dua titik terendah besar sebelumnya di siklus ini.

Lonjakan kerugian yang direalisasikan (realized loss) ini memberi sinyal jelas kepercayaan terhadap tren naik mulai terkikis. Situasi seperti ini biasanya terjadi pada pasar yang sedang melemah dan membutuhkan likuiditas karena semakin banyak investor memilih keluar meski harus menjual dengan rugi mengingat momentum harga sudah tidak mendukung.

Dengan kata lain, pasar mulai menunjukkan tanda-tanda kapitulasi ringan, tekanan jual meningkat, permintaan melemah, dan investor lebih banyak menutup posisi dengan kerugian.

Saat struktur pasar melemah, aspek likuiditas menjadi kunci untuk membaca arah pergerakan selanjutnya. Ketika pasar berada terlalu lama dalam kondisi likuiditas rendah, risiko penurunan lanjutan akan semakin besar.

Indikator STH Realized Profit/Loss Ratio dari Glassnode membandingkan jumlah profit dan kerugian yang direalisasikan oleh investor jangka pendek. Pada awal Oktober, rasio ini turun di bawah nilai rata-rata netralnya, yaitu 4,3x, lalu kini anjlok drastis hingga berada di 0,07x.

Dominasi kerugian sebesar ini menunjukkan likuiditas yang hampir mengering, terutama setelah tingginya permintaan yang terserap pada kuartal II–III 2025 ketika para long-term holder banyak melepas kepemilikan mereka.

Jika rasio ini terus berada pada level rendah, kondisi pasar berpotensi kembali menyerupai pelemahan pada kuartal pertama 2022. Dalam skenario tersebut, risikonya adalah harga Bitcoin menembus ke bawah True Market Mean, yang berada di kisaran $81.000.

Likuiditas Jangka Panjang Mulai Terancam

Penilaian likuiditas melalui kacamata profit dan rugi yang direalisasikan investor jangka pendek dapat diperluas ke perspektif jangka panjang dengan melihat LTH Realized Profit/Loss Ratio, indikator yang mengukur kondisi likuiditas berdasarkan aktivitas jual beli para investor jangka panjang atau long-term holder (LTH).

Saat ini, nilai rata-rata 7 harinya (7D-SMA) mengikuti pelemahan harga pasar dan jatuh tajam hingga mencapai 408x. Meski angka ini terlihat sangat besar, posisi di atas level 100x masih menunjukkan kondisi likuiditas yang relatif sehat.

Hal tersebut menunjukkan investor jangka panjang masih menjual dalam keadaan untung, bukan rugi, situasi yang jauh lebih baik dibandingkan Q1 2022 atau fase pembentukan titik terendah utama dalam siklus ini.

Namun, ada batas krusial yang perlu diwaspadai. Jika likuiditas terus menurun dan rasio ini tertekan hingga 10x atau lebih rendah, risiko pasar akan meningkat signifikan. Secara historis, level tersebut menandai kondisi stres berat pada kelompok investor jangka panjang dan sering kali menjadi sinyal bahwa pasar memasuki fase bear market yang lebih dalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *