Mengenal Konsep Slashing, Cara Blockchain Hukum Validator Nakal

Volubit.id — Salah satu keajaiban teknologi blockchain adalah kemampuannya mengatur aset bernilai tinggi secara mandiri. Meskipun terdesentralisasi alias tanpa bos, tanpa bank sentral, dan tanpa perantara, sistem ini diyakini tetap aman.

Rahasianya ada pada aturan main internal yang disebut mekanisme konsensus. Mekanisme ini memastikan siapa pun yang berniat jahat atau curang di dalam jaringan akan merasa tindakan itu tidak sepadan dengan kerugian yang akan mereka tanggung. Di sinilah peran Slashing menjadi sangat krusial.

Slashing adalah fitur keamanan utama dalam sistem mekanisme konsensus Proof-of-Stake (PoS). Jika diibaratkan dalam kehidupan sehari-hari, Slashing mirip dengan denda tilang, yang bertujuan untuk menghukum validator (penjaga jaringan) yang berperilaku buruk atau tidak disiplin.

Aturan Main Blockchain PoS

Mekanisme konsensus bagaikan sistem undang-undang yang mendasari sebuah blockchain, yang mengatur bagaimana jaringan beroperasi, bagaimana pengguna berinteraksi, dan bagaimana mencegah manipulasi data.

Agar jaringan aman, blockchain menerapkan prinsip “Skin in the game” atau mempertaruhkan modal pribadi. Artinya, agar seorang validator bisa mendapatkan keuntungan (reward), mereka juga harus siap menanggung risiko.

Kepentingan mereka harus selaras dengan kesehatan jaringan. Penyelarasan insentif inilah yang membuat blockchain menjadi sangat tangguh.

Dalam blockchain berbasis Proof-of-Stake, ada pihak yang disebut Validator Node. Tugas mereka mirip auditor, yakni menjaga jaringan tetap berjalan, mencatat riwayat transaksi, dan menyepakati blok data baru.

Sebagai imbalan atas waktu, tenaga, dan daya komputasi (listrik/server) yang mereka keluarkan, validator akan menerima hadiah berupa koin kripto. Namun, sistem keuangan yang kuat tidak cukup hanya mengandalkan rewards, harus ada hukuman untuk mencegah kelalaian.

Untuk menjadi validator, seseorang tidak bisa hanya bermodal niat, tapi harus mengunci sejumlah besar koin kripto mereka di dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai Staking.

Karena validator sudah menaruh uang jaminan (investasi pribadi) dalam jumlah besar, mereka akan berpikir seribu kali untuk berbuat curang. Jika mereka main-main, mekanisme konsensus akan melakukan Slashing, yaitu memotong sebagian atau seluruh uang jaminan mereka.

Setiap protokol blockchain punya aturan spesifik, tapi secara garis besar, Slashing mengincar tiga kesalahan, di antaranya:

1. Waktu Henti (Downtime)

Downtime terjadi ketika validator “mangkir kerja”. Jika server mereka mati (offline) dalam jangka waktu tertentu, mereka dianggap tidak berkontribusi dalam proses validasi. Karena ketidakhadiran ini menghambat kinerja jaringan, biasanya validator akan dikenakan denda ringan.

2. Double-Signing

Demi menghindari downtime, terkadang validator memasang server cadangan. Tapi ini bisa jadi senjata makan tuan. Jika jaringan mendeteksi ada dua kunci validator yang sama aktif di dua tempat berbeda, ini dianggap berbahaya (karena bisa membingungkan jaringan tentang mana data yang valid). Hukuman untuk kesalahan teknis ini biasanya cukup berat.

3. Manipulasi Jaringan

Ini adalah pelanggaran kelas berat. Jika ada upaya yang terdeteksi sengaja memanipulasi konsensus, misalnya memvalidasi dua blok transaksi yang berbeda secara bersamaan untuk keuntungan pribadi, validator tersebut akan terkena Slashing maksimal. Aset mereka bisa hangus dan mereka bisa ditendang dari jaringan.

Logika Lama dalam Teknologi Baru

Intinya, validator dalam protokol Proof-of-Stake dituntut untuk selalu disiplin. Mereka tidak hanya bertugas memvalidasi transaksi, tapi juga harus aktif menghindari perilaku ceroboh yang bisa merugikan sistem.

Blockchain mungkin teknologi masa depan yang mengubah cara dunia memandang uang. Namun, fondasi keamanannya sebenarnya menggunakan logika purba yang sudah ada sejak awal peradaban manusia, yakni konsep Reward and Punishment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *