Volubit.id — Platform prediksi berbasis blockchain yang tengah naik daun di dunia kripto Polymarket kembali memicu spekulasi panas. Kali ini bukan soal pasar taruhan politiknya, melainkan rencana peluncuran token native bernama POLY yang digadang-gadang akan menjadi salah satu aset digital terbesar di dunia. Pendiri sekaligus Bos Polymarket, Shayne Coplan, memberi isyarat tentang token tersebut lewat unggahan samar di Twitter pada 8 Oktober 2025, yang langsung disantap oleh spekulasi panas komunitas kripto global.
Dalam unggahan itu, Coplan seolah menyingkirkan XRP dari daftar empat besar aset kripto dengan kapitalisasi pasar tertinggi, sambil memberi isyarat bahwa POLY bisa menempati posisi tersebut dalam waktu dekat. Meski belum ada pengumuman resmi, cuitan tersebut cukup untuk membuat pasar berspekulasi: apakah Polymarket benar-benar akan meluncurkan token sendiri, menggantikan rencana initial public offering (IPO) yang sempat ramai dibicarakan?
They’re gonna launch a token AND IPO at the same time aren’t they? Are we on the cusp of seeing the most insane move ever in crypto?
If so, this will be the biggest airdrop we’ve seen imo (à la Hyperliquid) and a top 20 token right off the bat. pic.twitter.com/33BcnVGz0Y
— Farokh (Perma/Bull) (@farokh) October 8, 2025
Spekulasi ini bukan tanpa dasar. Pada September lalu, perusahaan induk Polymarket, Blockratize, tercatat mengajukan dokumen ke Securities and Exchange Commission (SEC). Dalam dokumen itu terdapat istilah “other warrants,” sebuah istilah yang kerap digunakan untuk mengindikasikan hak atas token di masa depan. Pola seperti ini pernah dilakukan dYdX, yang lebih dulu menempuh jalur serupa sebelum merilis tokennya ke publik. Artinya, sinyal kehadiran token POLY semakin kuat, meski Polymarket belum memberikan klarifikasi resmi.
Yang menarik, sinyal peluncuran token ini datang hanya beberapa bulan setelah Polymarket dikabarkan akan menempuh jalur IPO. Kabar rencana IPO semakin kencang belakangan terutama setelah mendapat investasi besar dari Intercontinental Exchange (ICE), perusahaan induk New York Stock Exchange (NYSE). Dalam kesepakatan itu, ICE menyuntikkan dana hingga $2 miliar, yang membuat valuasi Polymarket melesat ke $9 miliar. Sebelum suntikan dana ini, Polymarket baru saja menutup dua putaran pendanaan senilai total $150 juta termasuk ronde terbaru di 2025 yang dipimpin oleh Founders Fund, dengan valuasi mencapai $1,2 miliar.
Dukungan ICE sebelumnya dianggap sebagai langkah strategis menuju integrasi dengan pasar keuangan tradisional. Dengan pengalaman panjang dalam membawa perusahaan teknologi ke bursa, ICE dipandang sebagai jembatan yang ideal jika Polymarket ingin menjadi perusahaan publik yang sah secara hukum dan regulatoris di AS. Namun, kehadiran sinyal token POLY justru menimbulkan pertanyaan baru: apakah Polymarket kini memilih kembali ke akar desentralisasi dan mengabaikan jalur konvensional Wall Street?
Jika benar Polymarket meluncurkan token, keputusan itu bisa menjadi langkah berani sekaligus berisiko. Di satu sisi, peluncuran POLY akan memperkuat komunitas pengguna yang selama ini aktif di platform prediksi, menciptakan ekosistem ekonomi internal di mana pengguna bisa berpartisipasi langsung dalam tata kelola dan insentif. Namun di sisi lain, langkah itu berpotensi memperumit hubungan dengan SEC, yang dalam beberapa tahun terakhir memperketat pengawasan terhadap token yang dikategorikan sebagai sekuritas terselubung.
Polymarket bukan pemain baru di dunia kripto. Sejak diluncurkan pada 2020, platform ini telah memproses lebih dari 18 miliar dolar AS volume perdagangan kumulatif dan menarik $1,3 juta pengguna unik, menurut data Dune Analytics. Polymarket memungkinkan pengguna bertaruh pada hasil berbagai peristiwa dunia dari pemilihan presiden AS hingga prediksi konflik di Timur Tengah. Popularitasnya melonjak pesat selama pemilu AS 2024, saat jutaan dolar dipertaruhkan dalam berbagai prediksi politik.
Kehadiran ICE membawa kredibilitas tambahan yang semula diharapkan memuluskan jalan menuju IPO. Namun kini, dengan munculnya wacana token POLY, banyak pihak menilai Polymarket tengah menimbang ulang strategi ekspansinya. Alih-alih menjadi perusahaan publik yang diatur secara ketat, Polymarket tampak ingin memanfaatkan momentum pasar kripto yang tengah bergairah dan memantapkan diri sebagai proyek Web3 sejati.
Sementara itu, Shayne Coplan sendiri terus mencatat prestasi luar biasa. Pada usia 27 tahun, ia dinobatkan Bloomberg sebagai miliarder termuda di sektor kripto, setelah valuasi Polymarket menembus $9 miliar. Namanya kini disejajarkan dengan tokoh besar seperti Changpeng Zhao (CZ) dari Binance, Michael Saylor dari MicroStrategy, dan Brian Armstrong dari Coinbase.
FROM CLASSROOM
TO THE MOON
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarangMEMBERSHIP
Jadilah bagian dari kelas kripto eksklusif pertama di Bandung
Daftar sekarang