Tren Bearish Bitcoin Dipicu Investor ETF Kripto Berpaling ke Saham

Volubit.id — Koreksi pasar kripto yang terjadi sepanjang November memasuki babak baru setelah harga Bitcoin (BTC) jatuh hingga nyaris menyentuh $80.000 per keping. Bank raksasa JPMorgan menilai koreksi yang makin dalam ini bukan lagi digerakkan oleh pemain kripto reguler, melainkan oleh arus keluar besar besaran dari ETF Bitcoin dan Ethereum (ETH) yang banyak digunakan ritel untuk masuk ke aset digital.

Dalam laporan terbaru yang dirilis, tim analis JPMorgan menyebut bahwa pelaku kripto veteran sebenarnya telah meredakan tekanan sejak November. Deleveraging besar-besaran di pasar perpetual futures yang menjadi biang kerok koreksi pada Oktober sudah mereda. Kondisi ini meninggalkan panggung terbuka bagi investor non-kripto untuk mendikte arah pasar.

Hasilnya, tekanan jual justru menguat dari investor yang selama ini memegang ETF spot sebagai jalan pintas menuju pasar aset digital. Data ETF menunjukkan sekitar $4 miliar cuan telah keluar dari ETF Bitcoin dan Ethereum hanya dalam hitungan minggu. Angka itu sudah melampaui rekor outflow pada Februari, yang sekaligus menjadi tekanan jual terbesar sepanjang tahun ini.

Gelombang outflow ETF Bitcoin pada November 2025 jadi yang terburuk,
Gelombang outflow ETF Bitcoin pada November 2025 jadi yang terburuk,

Gelombang outflow itu mencapai puncaknya pada 21 November, ketika ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat (AS) mencatat arus keluar harian kedua terbesar sejak instrumen tersebut diluncurkan. Catatan SoSoValue memperlihatkan total net outflow mencapai $903,11 juta dalam satu hari.

IBIT milik BlackRock kehilangan $355,5 juta, diikuti GBTC dari Grayscale yang mencatat pengurangan $199,35 juta. Fidelity ikut keluar hingga $190,4 juta, disusul Bitwise, Ark dan 21Shares, VanEck, serta Franklin Templeton. Besarnya tekanan itu mengingatkan pada peristiwa akhir Februari, ketika pengumuman tarif dagang Donald Trump mengguncang pasar ekuitas dan kripto sekaligus.

Ironinya, keluarnya dana ritel dari ETF kripto tidak berjalan seiring dengan sentimen mereka di pasar saham. Pada periode yang sama, investor retail justru memasukkan $96 miliar ke ETF ekuitas sepanjang November. Jika tren ini berlangsung hingga akhir bulan, inflow bisa mencapai $160 miliar dolar, menyamai laju September dan Oktober.

JPMorgan menilai perbedaan ini bukan anomali baru. Ritel tercatat menunjukkan pola serupa pada Februari dan Maret. Mereka membeli saham tetapi menjual ETF kripto. Fenomena itu memperlihatkan bahwa aset digital dan ekuitas dianggap sebagai dua keranjang berbeda meski sama sama berisiko. Artinya, arus keluar ETF kripto tidak bisa dibaca sebagai sinyal bahwa ritel sedang menjauhi risiko secara keseluruhan. Mereka hanya sementara berpaling dari kripto.

Di sisi lain, tekanan di pasar derivatif tetap memperburuk suasana. Dalam 24 jam terakhir, pasar kripto mengalami gelombang likuidasi hampir $2 miliar setelah Bitcoin jatuh hingga $82.000. CoinGlass mencatat lebih dari 396.000 trader tersapu oleh likuidasi. Meski deleveraging besar yang memicu koreksi pada Oktober telah mereda, struktur pasar yang sarat leverage tetap rapuh ketika menghadapi rentetan tekanan makro dan arus keluar ritel.

Pelemahan ini juga dipicu faktor makro. Data tenaga kerja AS yang baru saja dirilis memperlihatkan kenaikan 119.000 pekerjaan. Angka itu meredakan ketakutan resesi namun sekaligus menekan ekspektasi pemangkasan suku bunga pada Desember mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *