WSJ: Kiamat Kripto Gegara Quantum Computing Bisa Lebih Cepat

Volubit.id — Quantum Computing alias komputasi kuantum kembali menjadi bahan perbincangan hangat belakangan. Perbincangan ini dipantik laporan Wall Street Journal (WSJ) yang berisi peringatan ihwal potensi ancaman yang bisa ditimbulkan oleh kemajuan komputasi kuantum terhadap keamanan Bitcoin.

Dalam laporan yang diterbitkan baru-baru ini, teknologi komputasi kuantum dinilai bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Tak hanya mengancam kelangsungan Bitcoin sebagai emas digital, namun juga diyakini bisa meluluhlantakkan semesta industri blockchain.

Potensi ancaman tersebut muncul lantaran komputasi kuantum bisa mengurai kunci privat wallet Bitcoin dalam hitungan menit. Hal ini akan membuat arsitektur keamanan Bitcoin usang. Isu ini kembali mencuat setelah Google meluncurkan chip quantum Willow pada 9 Desember 2024 lalu.

Saat chip Willow muncul, sejumlah pandangan memperkirakan potensi serangan wallet kripto oleh komputasi kuantum baru akan aktual dalam satu dekade ke depan. Pasalnya, keandalan teknologi komputer kuantum saat ini masih terbilang lemah.

Tetapi laporan WSJ menyebut risiko ini lebih dekat dari perkiraan. Hasil studi lembaga think thank Amerika Serikat (AS) Hudson Institute pada 2022 lalu bahkan memperkirakan potensi kerugian lebih dari $3 triliun jika quantum hack terjadi. Angka ini cukup besar untuk bisa memicu resesi global. Tidak cuma kripto, pasar keuangan tradisional juga terbilang rentan.

“Jika seseorang mengembangkan kemampuan untuk melakukan peretasan berbasis komputasi kuantum dan menggunakannya untuk menyerang cryptocurrency, dampaknya akan luar biasa,” kata Direktur Quantum Alliance Initiative di Hudson Institute, Arthur Herman.

Kekhawatiran ini diperkuat oleh fakta bahwa sekitar 1,72 juta Bitcoin termasuk milik Satoshi Nakamoto berada dalam alamat wallet yang rentan terhadap peretasan kuantum. Tak cuma itu, quantum hack juga disebut bisa meretas transaksi Bitcoin yang menunggu waktu blok 10 menit.

Kendati potensi tersebut nyata adanya, sejumlah pakar menegaskan bahwa ancaman ini masih bisa ditangkal. Disitat dari CryptoSlate, pendiri Avalanche, Emin Gün Sirer, menyebut ketakutan akan kiamat kuantum saat ini masih terlalu dini.

“Kiamat kuantum ini mungkin nyata di masa depan, tetapi masih cukup jauh sehingga tidak perlu panik,” katanya.

Beberapa perusahaan besar seperti Meta juga telah mengembangkan algoritma pasca-kuantum untuk memperkuat keamanan kriptografi. Upaya ini diharapkan dapat mencegah potensi kehancuran industri kripto akibat serangan kuantum.

Bos Blockstream, Adam Back, malah optimistis bahwa teknologi kuantum justru bisa memperkuat keamanan Bitcoin dalam beberapa dekade mendatang. Disitat dari Cointelegraph, Back meyakini teknologi pasca-kuantum yang sedang dikembangkan akan menghasilkan tanda tangan (signature) transaksi lebih kuat dan efisien, yang dapat digunakan untuk memperkuat keamanan Bitcoin di masa depan. Tanda tangan Bitcoin sendiri adalah mekanisme yang memastikan transaksi tidak bisa diubah pihak lain, dengan menggunakan private key sebagai bukti kepemilikan.

“Penelitian kriptografi pasca-kuantum akan menghasilkan skema tanda tangan [signature] yang lebih aman dan efisien. Bitcoin dapat mengadopsi skema tersebut sebagai opsi tambahan,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *